Senin, 04 Maret 2013



Hutan Larangan Adat Kenegrian Rumbio
Dari sedikit tutupan hutan yang masih tersisa di Riau, hutan larangan Rumbio adalah secercah harapan yang tersisa. Hutan larangan Rumbio yang merupakan hutan adat dari Kenegerian Rumbio memang hanya sedikit kawasan dibanding kawasan konservasi lain. 

Namun jika dibandingkan kawasan konservasi resmi yang dipelihara pemerintah, seperti cagar alam atau suaka alam, Rumbio bisa dikatakan lebih baik. 

Apalagi hutan Rumbio tak dipelihara negara atau pun dalam pengawasan Unesco seperti Cagar Biosfer Giam Siak Kecil-Bukit Batu. Hanya adat Kenegerian Rumbio yang menjaganya.

Dalam peta rencana tata ruang wilayah (RTRW), kawasan hutan Rumbio termasuk dalam areal pemanfaatan langsung (APL). Tidak ada aturan perundangan yang melarang penebangan hutannya. 

Akan tetapi hutan adat yang memiliki luas 570 hektare ini relatif terjaga hingga saat ini. Bahkan sejak ratusan tahun lalu, hutan ini nyaris tak tersentuh dan menjadi hutan primer yang asli.

Saat kita memasuki kawasan hutan larangan Rumbio, nuansa hutan langsung terasa. Areal perbukitan dengan kontur tanah menanjak menjadi salah satu ciri khasnya. 

Udara sejuk langsung menyergap. Binatang hutan pun bernyanyi. Nyamuk mengerubung. Dari jalan aspal dan perumahan penduduk, jaraknya hanya sekitar 50 meter, hingga derap kehidupan dan laju kendaraan masih terdengar. 

Tapi memasuki hutan adat ini, semuanya berganti alami. Ada beberapa pohon karet di sekelilingnya, namun dalam jumlah kecil. Beberapa perkebunan karet warga memang menjadi areal penyangga hutan adat ini.   

Hutan adat Rumbio tidak terhubung dengan hutan lainnya. Di sekelilingnya sudah bertumbuhan perumahan penduduk dan perkebunan karet milik masyarakat. 

Jarak dengan hutan terdekat sejauh 5 Km, yakni hutan produksi terbatas (HPT) PT Batang Lipai Siabu yang luasnya mencapai ribuan hektare. Secara administratif, kawasan hutan ini terletak di empat desa yakni Rumbio, Padang Mutung, Pulau Sarak, Koto Tibun, semuanya di wilayah Kecamatan Kampar, Kabupaten Kampar, Riau. 

Sebagai hutan primer, hutan larangan Rumbio memiliki vegetasi yang asli dan beragam. Di antaranya yang paling besar adalah pohon kempas. Kempas di hutan ini ada yang mencapai diameter bawah hingga 2 meter, atau empat pelukan orang dewasa, bahkan lebih. 

Selain kempas, ada juga ara, arang-arang, bayas, cubadak hutan, jelutung, kandis, keruing, kulim, manau, manggis hutan, medang sendok, meranti, palem kipas, pulai, rambutan hutan, pinang hutan, gaharu, dan lainnya.

Sedangkan fauna di kawasan ini di antaranya rusa, babi, bajing, beruk, biawak, kijang, landak, simpai, trenggiling, tupai, ungko. Ada juga beberapa burung langka seperti rangkong, enggang, dantiung. 

Sabtu, 02 Maret 2013

           Mata Airnya Lebih Terkenal
               Dibandingkan desa

Keberadaan sumber mata air Bukit Sikumbang memberikan berkah sendiri bagi Desa Pulau Sarak, Kecamatan Kampar, Kampar. Mata air Sikumbang ini memberikan pendapatan bagi 40 persen warga yang sebelumnya berharap dari hasil hutan. Tidak hanya masyarakat, desa pun mendapat berkahnya. Setidaknya setiap bulan dari air ini terkumpul dana mencapai jutaan rupiah.

DESA Pulau Sarak tak terkenal jika dibandingkan dengan  mata air Bukit Sikumbang. Pasalnya selama ini 

masyarakat di kabupaten/kota di Riau lebih mengenal sebutan air dari mata air Bukit Sikumbang. Sikumbang sendiri sebutan masyarakat untuk hewan Harimau yang dianggap penunggu kawasan hutan larangan adat di desa itu.

Meskipun tak setenar nama air tersebut, akan tetapi Desa  Pulau Sarak diakui mampu mengelola alam terutama sumber airnya sehingga bernilai ekonomis dan bermanfaat untuk pembangunan desa. Bahkan untuk per bulannya jutaan rupiah diterima sebagai pendapatan desa dan diperuntukkan untuk pembangunan desa.

Keberadaan air dari sumber mata air Bukit Sikumbang yang awalnya satu tempat saat ini berkembang menjadi delapan tempat. Banyaknya sumber air ini, kata Kepala Desa Pulau Sarak, memberikan manfaat bagi masyarakat. ‘’99 persen masyarakat di desa kami ini memanfaatkan air dari sumber mata air Bukit Sikumbang,’’ ucap Kepala Desa Pulau Sarak, Erwin Saputra
 

Rabu, 13 Februari 2013

Naik gunung aman

Mendaki Gunung dengan Nyaman

Seorang pendaki gunung pada dasarnya
menghadapi dua jenis rintangan ketika melakukan kegiatannya. Rintangan
yang pertama sifatnya ekstern, artinya datang dari obyek yang sedang
dihadapi. Obyek itu adalah gunung, dan rintangan yang dihadapi berupa
cuaca atau medan berat. Bahaya yang ditimbulkannya disebut bahaya obyek
(objective danger). Rintangan jenis kedua sifatnya intern, yaitu datang
dari si pendaki gunung itu sendiri. Kalau si pendaki gunung itu tidak
mempersiapkan diri dengan baik, maka rintangan itu datang dari dirinya
sendiri. Bahaya timbul disebut bahaya subyek (subjective danger).






Di Indonesia, bahaya obyek bagi pendaki gunung secara umum tidak
terlalu besar. Keterjalan gunung-gunungnya relatif tak seberapa,
cuacanya pun hanya dipengaruhi oleh dua musim, musim kering dan musim
hujan. Suhu udara tidak terlalu dingin, terutama dibandingkan dengan
gunung-gunung di daerah subtropis. kalau akhir-akhir ini terlansir
berita mengenai kecelakaan di gunung, maka kesalahan banyak dilakukan
oleh si pendaki, dari banyak segi masih belum memadai. perlengkapan
mendaki gunung adalah pokok pemikiran pertama bagi setiap pendaki
gunung.




Gunung dengan segala aspeknya merupakan lingkungan yang asing bagi
organ tubuh kita, lebih-lebih bagi mereka yang hidup di dataran rendah.
Itulah sebabnya mengapa kita memerlukan perlengkapan untuk menyesuaikan
diri dengan keadaan di gunung. Perlengkapan yang baik adalah salah satu
usahauntuk mengurangi bahaya di gunung, baik obyek maupunsubyek.




SEPATUKegiatan utama dalam mendaki gunung adalah berjalan. Ini
berarti perlindungan terhadap kaki harus benar-benar diperhatikan. kaki
harus terlindung dari kemungkinan terluka karena duri atau batu yang
terdapat di sepanjang perjalanann. Sepasang sepatu yang baiklah yang
akan melindungi kaki yang gemar berjalan. Hal pertama yang harusa
diperhatikan ketika memilih sepatu untuk mendaki gunung adalah solnya.
Jangan memilih sepatu yang mudah tergelincir, misalnya karena solnya
dari kulit. Pilihlah sepatu yang solnya dari karet atau sintetis,
terutama yang memakai tumit. Sol karet dengan kembang yang besar akn
membantu kaki menunjang badan dengan baik di gunung. Di Indonesia,
sepatu tentara yang banyak di jual di pasaran merupakan pilihan yang
cukup baik untuk mendaki gunung.




RANSELMemang banyak cara yang bisa dipakai untuk membawa barang yang
diperlukan untuk mendaki gunung. Bagi yang sudah terbiasa, beban yang
berat bisa dipikul atau dicangking di sebelah bahu dengan tas biasa.
Tetapi bagi yang tak biasa, beban berat yang jatuh di pinggang atau
ditahan oleh sebelah bahu akan sangat menyiksa. Untuk mereka, ransel
merupakan wadah yang baik untuk barang-barang yang diperlukan di
gunung.Dengan ransel, beban akan ditahan oleh kedua bahu secara merata.
Titik berat beban itu jatuh di tulang yang kuat, yaitu tulang belakang.
Berat beban di dalam ransel akan ditahan secara sempurna oleh kedua bahu
kalau pengepakan barang-barangnya tepat.Barang yang paling berat harus
diletakkan di bagian atas. Hal ini penting dilakukan agar berat
keseluruhan beban di rasnel itu tidak jatuh di pinggang atau punggung.
Dengan berpegang pada prinsi di atas, maka fungsi ransel sebagai pembawa
beban akan tercapai dengan baik.




PAKAIANPakaian dari bahan katun cukup baik untuk mendaki gunung,
terutama karena kemampuannya menyerap keringat. Sayangnya pakaian dari
bahan ini tidak mampu menjaga badan agar tetap hangat apabila basah,
misalnya dalam keringat. Karena itu, seorang pendaki gunung harus
amembawa pula pakaian cadangan secukupnya. Bahan yang paling baik untuk
pakaian mendaki gunung adalah wol. Bahan ini masih mampu menjaga
kehangatan badan kendati basah, juga cepat mengering kembali.






Kesalahan yang paling mendasar yang dilakukan pendaki gunung b e r p e
n g a l a m a n sekalipun adalah mengenakan celana atau jaket dari
bahan jeans. Bahan ini memang nampak kuat dan praktis, tetapi sulit
sekali kering apabila basah. Kalau sudah basah celana atau jaket jeans
menjadi lebih berat lagi. Suhu udara di gunung yang dingin akan terasa
lebih dingin lagi kalau kita memakai pakaian dari bahan jeans. Selain
pakaian untuk jalan, pendaki gunung juga memerlukan pakaian untuk
menghangatkan badan, terutama ketika sedang berhenti atau berisatirahat.
Baju tebal dari wol, misalnya sweater, merupakan pilihan yang cukup
baik untuk di gunung.






Pakaian atau jaket hangat lainnya yang hanya terdapat di pasaran juga
baik, asal sudah diperhitungkan kemampuannya untuk menghangatkan badan.
Kalau perlu, bawalah beberapa pakaian hangat sekaligus, tentu dengan
memperhatikan masalah praktisnya. Masalah yang lain yang harus
diperhatikan adalah usaha untuk menjaga agar pakaian dalam ransel tidak
basah oleh hujan. Pergunakanlah kantung plastik yang besar untuk
membungkus pakaianpakaian itu. Kalau perlu gunakan beberapa kantung
plastik sekaligus. Jangan membiarkan pakaian-pakaian itu basah.
Gunung-gunung di Indonesia biasanya curah hujannya tinggi. Perlengkapan
untuk menahan hujan menjadi begitu penting disini. Banyak kecelakaan di
Indonesia pada dasarnya berpangkal dari perlengkapan hujan yang tidak di
bawa. Kematian yang mengakhiri kisah perjalanan di gunung kebanyakan
karena kelalaian ini, karena si korban tidak mampu menahan dingin karena
kebasahan.






Jaket hujan yang dilengkapi celananya membuat gerakan si pendaki
bebas. Ponco untuk hujan juga pilihan yang baik, karena bisa sekaligus
dipakai untuk menutupi ransel. ponco juga tidak menyebabkan keringat
tertahan sehingga menyebabkan kondensasi di permukaan kulit kita. Lagi
pula ponco bisa dipakai untuk kegunaan lain, seperti bivak, alas tidur
atau duduk, menampung air dan menutupi barang di luar ketika kita sedang
beristirahat di dalam tenda. Pemilihan warna untuk pakaian mendaki
gunung bukan hanya berdasar selera. Untuk memudahkan orang lain melihat
kita, terutama kalau terjadi kecelakaan, dianjurkan pendaki gunung
memakai pakaian yang berwarna mencolok, misalnya merah, kuning atau
oranye. Dengan pertimbangan yang sama, usahakan pula memilih warna yang
mencolok untuk perlengkapan lainnya, seperti ransel, ponco, jaket dan
sebagainya.




TENDASeorang pendaki gunung yang seharian penuh berjalan membutuhkan
istirahat yang cukup untuk mengembalikan tenaga. Untuk itu dibutuhkan
tempat istirahat yang nyaman, aman dari gangguan dingin dan hujan. Ceruk
batu atau gua yang kering merupakan tempat yang baik untuk istirahat,
tetapi sayang bentukan alam yang seperti ini sukar dijumpai di gunung.




Pondok dari batang dan ranting pohon dapat saja dibuat, tetapi di
gunung tidak selalu diperoleh bahan-bahannya yang baik. Tenda adalah
tempat yang paling baik bagi pendaki gunung yang lelah. Beberapa hal
harus diperhatikan ketika memilih tenda untuk mendaki gunung. Pertama,
tenda harus terbuat daru abhan yang benar-benar kedap air. Tenda dari
kanvas yang banyak dijual di pinggir pinggir jalan tentu tidak baik
untuk perlengkapan mendaki gunung, karena tenda jenis ini tidak mampu
menahan hujan lebat. Kedua periksalah apakah tenda ini tidak lembab di
dalamnya. Tenda yang terlalu rapat (tanpa ventilasi) menyebabkan udara
panas di dalam tenda tertahan sehingga menyebabkan kondensasi, artinya
lembab dan basah. Seperti yang sudah disebutkan, ponco dapat pula
dipakai untuk membuat bivak untuk pengganti tenda. Selain ponco, untuk
fungsi yang sama dapat digunakan lembaran plastik yang lebar. Ponco atau
plastik ini dipakai sebagai atap dengan tiang dari ranting atau batang
pohon. Ini usaha minimal yang praktis dan murah yang bisa dilakukan bila
tidak tersedia tenda.



PERLENGKAPAN TIDUR






Pakaian tebal, terutama dari wol mungkin sudah cukup untuk tidur di
gunung-gunung di Indonesia umumnya. Tetapi ini tergantung pada
masing-masiang orang, karena mereka yang terbiasa hidup di daerah panas
tentu tak setahan mereka ynag biasa hidup di daerah dingin. Sarung atau
selimut mungkin cukup hangat untuk di gunung, tetapi penggunaannya masih
kurang praktis. Yang terbaik adalah sarung tidur (sleeping bag) yang
mampu menutupi seluruh tubuh dengan baik, kecuali bagian kepala atau
muka. Untuk menutupi bagian kepala,topi dari wol yang disebut balaklava
adalah pililhan yang terbaik. Topi ini bisa menutupi seluruh kepala
sekaligus, kecuali bagian mata dan hidung. Topi jenis ini juga dapat
dilipat-lipat, sehingga kalau perlu bagian yang menutupi muka bisa
dibuka. Hawa dingin dari tanah yang kita tiduri sering kali masih
terasa, kendati sudah memakai kantung tidur. Untuk menanggulanginya,
tanah yang ditiduri dialasi dulu dengan plastik atau daun-daunan. Matras
yang banyak dijual di pasaran akan baik sekali bila digunakan sebagai
alas. Matras yang praktis adalah yang bisa dilipat dan digelembungkan
dengan tiupan mulut. Matras yang terbuat dari karet busa juga pilihan
yang baik karena kemampuannya menyekat hawa dingin dari tanah, meskipun
kurang praktis karena tidak bisa dilipat kecil.



PERLENGKAPAN MASAK




Memasak dengan kayu bakar memang perlu diketahui caranya. akan tetapi
gunung di Indonesia biasanya lembab dan basah, karena curah hujannya
tinggi.. Kayu dari pohon gunung itu umumnya basah, sehingga membuat
perapian dari kayu akan memakan waktu dan tidak jarang menghabiskan
banyak korek api. Untuk menghindarkan dari kemungkinan tak bisa masak
karena tidak ditemukan kayu yang kering, maka sebaiknya pendaki membawa
kompor yang kecil dan praktis.






Di beberapa kota besar di Indonesia bisa diperoleh kompor gas yang
kecil dan sangat praktis untuk perlengkapan mendaki gunung. Dengan
beberapa tabung gas cadangan, penggunaan kompor ini memang sangat
membantu. Api yang dihasilkan oleh kompor ini juga baik sekali, artinya
cepat panas dan tidak mengotori panci. Sayangnya, kompor ini harganya
cukup mahal, lagi pula masih susah mencarinya.






Jenis kompor yang praktis dan banyak di pasaran adalah kompor pompa
yang berisi minyak tanah sebagai bahan bakarnya. Harga kompor dan bahan
bakarnya relatif murah, lagi pula sangat praktis bila dipakai untuk
perjalanan lama (seminggu atau lebih).Kekurangannya adalah beratnya dan
kita pun harus amembawa cadangan minyak tanah, juga apinya tidak terlalu
panas dan menyebabkan panci kotor dan berkerak. Jangan mengambil resiko
dengan membawa korek api tanpa dibungkus plastik atau terlindung dari
kemungkinan basah. Cara yang terbaik adalah memasukkan batang-batang
korek api beserta kertas pemantikkanya ke dalam tabung bekas film.
Tabung ini keda[p air, tetapi tidakl ada salahnya kalau batang-batang
kerek api beserta pemantiknya dibungkus dengan plastik, baru dimauskkan
ke dalamnya. Sebagai wadah untuk memasak, pilihlah panci yang kecil dan
praktis.. Di Indonesia, model panci susun yang disebut nesting merupakan
pilihan yang tebaik. Dengan prinsip yang sama, yaitu kecil dan praktis,
pilih juga cangkir, sendok dan pisau. jangan lupa membawa botol air
dari logam atau plastik. Gunung tidak selalu menjanjikan air yang cukup
di sepanjang perjalanan menuju puncaknya.



MAKANAN






Makanan yang praktis buat mendaki gunung adalah makanan yang siap
pakai (instan). Makanan jenis ini cepat masaknya, sehingga banyak waktu
dan bahan bakar yang dapat dihemat. Kebiasaan makan nasi di gunung harus
dikurangi, kalau bisa ditinggalkan untuk sementara. Masalahnya memasak
nasi membutuhkan waktu yang lama, sehingga menghabiskan banyak bahan
bakar. Fungsi beras bisa digantikan dengan makanan siap pakai yang
banyak mengandung hidrat arang, misalnya mie instant, biskuit, roti,
coklat dan sebagainya. Pengaturan makanan seaiknya mempertimbangkan
kemudahan-kemudahan, terutama ketika sedang dalam perjalanan. Makan pagi
harus diusahakan terdiri dari makanan yang mudah masak dan hangat,
misalnya Supermie atau havermouth. Ini berdasarkan pertimbangan bahwa
perjalanan hari itu harus dimulai sepagi mungkin, menjaga kemungkinan
cuaca buruk yang bisa datang sewaktu-waktu.. Untuk makan siang,
sebaiknya tidak mengeluarkan makanan yang harus dimasak terlebih dulu,
karena hal ini akan memakan waktu yang lama. Meskipun demikian makanan
ini harus tetap mengandung hidrat arang yang cukup, misalnya saja
coklat, biskuit atau roti. Barulah pada waktu makan malam kita memasak
makanan sepuasnya, karena saat itu sedang beristirahat dan punya banyak
waktu.



PERLENGKAPAN LAIN






Selain obat-obatan pribadi, setiap kelompok mendaki gunung harus
membawa perlengkapan P3K. Perlengkapan lain adalah senter, parang,
kompas, altimeter dan pete. Tentu saja perlengkapan lainnya masih ada,
tetapi minimal perlengkapan di atas sudah mencukupi.



DAFTAR PERLENGKAPAN




Biasanya membuat daftar perlengkapan sebagai usaha untuk mengecek
(check list) kekurangan-kekurangan yang mungkin ada. Setiap orang
mempunyai perlengkapan yang mungkin berbeda, tetapi fungsinya bisa sama.
Karena itu daftar perlengkapan setiap orang juga bisa berbeda. Sebagai
patokan minimall, daftar perlengkapan di bawah ini bisa di gunakan :





1. ransel

2. sepatu mendaki

3. kaus kaki (dengan cadanganny)

4. celana untuk jalan

5. celana untuk tidur

6. baju untuk jalan

7. baju untuk tidur (sweater, baju wol dsb)

8. kantung palstik besar (untukmembungkus pakaian)

9. balaklava

10. ponco/jaket hujan

11. senter (berikut baterai cadangan)

12. botol air

13. golok dan pisau

14. peta

15. kompas dan altimeter

16. buku catatan dan ballpoint

17. tenda atau plastik untuk bivak

18. kantung tidur

19. alas tidur (matras tiup atau matras karet busa)

20. kompor dan minyak tanah(atau kompor gas)

21. panci/nesting

22. korek api

23. sendok dan cangkir

24. makanan

25.perlengkapan dan obat P3K





PERSIAPAN FISIK






Selain peralatan, persiapan yang tak kalah penting untuk mendaki
gunung adalah persiapan fisik atu kesegaran jasmani. Dasar yang paling
penting bagi pendaki gunung adalah tenaga aerobik, sebab kegiatannya
sangat dipengaruhi oleh transport oksigen melalui peredaran darah kepada
otot-otot badan. Untuk ini, seorang pendaki gunung harus melakukan
latihan-latihan aerobik seara teratur, yaitu lari atau berspeda. Selain
aerobik, perlu juga dilatih kekuatan dan ketahanan otot, terutama
otot-otot yang banyak digunakan dalam mendaki gunung. Otot-otot itu
adalah bahu, punggung, pinggang dan kaki. Untuk itu, pendaki gunung
harus pula melatih berlatih dengan menggunakan beban seperti mengangkat
barbel dan sejenisnya.



PENGETAHUAN MEDAN






Untuk menguasai medan yang akan dihadapi, seorang pendaki gunung
harus menguasai pengetahuan membaca peta dan menggunakan kompas serta
altimeter. Pokok penting adalah membayangkan bentukan gunung itu melalui
garis-garis kontur yang ada di peta. Dengan melihat garis-garis kontur
itu, kita bisa membayangkan medan di gunung yang berupa pegunungan,
lembah, sadel, tebing curam, puncak dan sebagainya. Sebuah lintasan yang
aman kemudian direncanakan dengan memperhatikan garis-garis kontur itu.
Cara lain untuk mengetahui medan yang akan dihadapi adalah dengan
bertanya pada orang-orang yang pernah mendaki gunung bersangkutan.
Tetapi cara yang terbaik adalah mengikutsertakan orang yang pernah
mendaki gunung itu bersama kita, misalnya penduduk sebagai petunjuk
jalan. Tak ada gunanya malu atau segan membawa petunjuk jalan






Memperkirakan waktu pendakian perlu juga dilakukan. Ini terutama
berguna untuk persiapan makanan. di jalan datar, jarak empat atau lima
kilo meter dapat ditempuh dalam waktu satu jam. Di gunung, perhitungan
seperti itu tidak berlaku. Mungkin perbedaan ketinggian merupakan satu
cara yang lebih baik untuk memperhitungkan waktu tempuh suatu pendakian,
kendati masih tergantung pada tingkat kecuraman gunung tersebut.
Sebagai patokan, perbedaan tinggi 100 sampai 500 meter rata-rata dapat
ditempuh selama satu jam.



TEKNIK MENDAKI






Teknik mendaki pada dasarnya adalah berjalan. Berjalan di gunung
harus dilakukan dengan langkah kecil-kecil. Langkah yang terlalu lebar
akan merusah keseimbangan badan, karena medan di gunung curam dan berat
badan kita sudah bertambah dengan beban di punggung. Kalau fisik baik,
seorang pendaki gunung umumnya dapat berjalan dua atau tiga jam tanpa
istirahat. Sebagai ukuran minimal, berjalan satu jam dengan istirahat
sepuluh menit adalah sudahcukup baik.






Ikuti jalan setapak yang sudah ada. Di gunung, jalan s e t a p a k b i
a s a n y a berkelok-kelok m e n g i k u ti kontur alam, sehingga tidak
t e r l a l u menanjak. Tak usah memotong jalan setapak yang
berkelokkelok itu. Lintasan biasanya curam, lagi pula merusak jalan
setapak yang sudah ada. Tak usah segan untuk kembali turun dan memeriksa
jalan setapak yang ada, seandainya lintasan di depan meragukan.






Menuruni gunung tidak semudah yang diperkirakan banyak orang. Justru
kecelakaan sering terjadi ketika pendaki sedang menuruni gunung. Badan
yang lelah dan beban di punggung yang terasa semakin berat meyebabkan
persoalan tersendiri dalam menuruni gunung.




Seluruh berat badan mendorong kita ke bawah, sehingga kaki mendapat
beban yang lebih berat lagi ketimbang kalu kita sedang mendaki. Otot
kaki bekerja lebih berat, sehingga kemungkinan tergelincir, terkilir
atau terguling menjadi lebih besar. Kehilanngan jalan setapak sering
kali terjadi ketika sedang menuruni gunung. Rasa lelah dan langkah yang
lebih cepat ketika turun, seringkali menyebabkan erhatian terhadap jalan
setapak menuurn.






Kalau akhirnya kita terpaksa menuruni gunung tanpa mengikuti jalan
setapak, primsip yang harus dipegang teguh adalah : ikuti punggungan
gunung. Kesalahan yang sering dilakukan oleh pendaki pemula adalah
mengikuti aliran sungai. Sungai menurut perhitungan mereka, menuju ke
bawah dan biasanya melewati kampung. Di gunung perhitungan ini tidak
bisa dipakai, karena sungai di sini bisa membentuk air terjun dan berada
di dasar jurang yang dalam.






Mengikuti sungai di gunung menjadi sangat berbahaya. Kalau memang mau
mengikuti sungai, lakukanlah itu dari atas punggungan gunung. Jangan
mengikutinya di sungai itu sendiri.



PENYAKIT GUNUNG






Suhu udara gunung-gunung di Indonesia berkisar antara 12-7 derajat
celcius. Dengan perlengkapan yang baik, suhu udara seperti ini
sebenarnya tidak terlampau dingin. Tetapi adalah kenyataan, bahwa
kematian yang banyak terjadi di gunung Indonesia disebabkan karena udara
yang dingin ini. Penyebabnya tak lain adalah perlengkapan yang kurang,
terutama untuk menahan hujan. Pakaian yang basah dan badan yang tak
terlindung dari angin adalah penyebab utama kecelakaan itu. Pakaian yang
basah mengurangi nilai insulasi (kemampuan menahan panas) sampai 90%.






Di Indonesia kecelakaan yang banyak terjadi adalah exposure
(kehilangan panas badan), terutama disebabkan karena hipotermia
(menurunnya suhu badan). Masalahnya ternyata bukan karena udara gunung
yang dingin, tetapi karena badan yang basah karena hujan. Suhu badan
yang menurun hingga 20 derajat Celcius akan menyebabkan kematian
seseorang.






Orang yang terkena hipotermia menunjukkan gejala-gejala : menggigil
secara berlebihan, berbicara kacau, lambat, membuat gerakan-gerakan
ngawur, berkurang ingatan dan berfikir sistematis, jalan sempoyongan dan
kaki sering tersandung, tampak letih sekali, susah berdiri walau baru
istirahat dan mengantuk terus.






Apa yang harus kita lakukan bila melihat gejala-gejala tersebut ?
Pertama, usahakan agar kita tidak tertidur. Tidur membuat kita
kehilangan kesadaran, sehingga badan tak mau lagi menghangatkan diri.
Biarkanlah badan menggigil karena gerakan ini menghasilkan panas yang
setara dengan lari-lari kecil atau dua batang coklat ukuran sedang yang
dimakan setiap jam. Inii adalah usaha secar biologis dari badan kita
untuk tetap mempertahankan suhu badan.






Segeralah memakai pakaian kering. Hindari tempat yang banyak angin.
Kalau mungkin, buatlah api unggun untuk menghangatkan badan. Dirikanlah
tenda atau bivak, lalu masuk ke kantung tidur. Letakkan alas tidur yang
kering sebelum berbaring. Jangan biarkan badan dipengaruhi dinginnya
tanah. Usahakan untuk memasak air dan makanan, terutama yang manis dan
mengandung banyak hidrat arang. tetap bertahan hingga suhu badan
normal.






Semakin tinggi suatu daerah, semakin tipis kadar oksigennya. Ini
mempengaruhi aktivitas seorang pendaki gunung karena hipoksia
(kekurangan oksigen). Kapasitas kerja fisik akan menurun. Memang tidak
semua pendaki gunung akan mengalami hal yang sama, karena pengaruh
kekurangaan oksigen itu tergantung pada masing-masing individu, terutama
kesegaran jasmaninya. Ada pendaki gunung yang sudah terkena pengaruh
pada ketinggian 200 meter, tetapi ada yang baru merasakannya pada
ketinggian 4000 meter.






Pendaki yang terkenaapengaruh hipoksia akan memperlihatkan
gejala-gejala yang disebut penyakit gunungĂ­ (mountain sickness).
Biasanya gejala ini muncul karena si pendaki gunung terlalu cepat
mencapai suatu ketinggian. Munculnya pun setelah beberapa jam setelah si
pendaki mencapai ketinggian itu. Kumpulan gejala itu adalah sakit
kepala, sesak nafas, tidak nafsu makan, mual, muntah, diare, sakit
perut, kemampuan mental dan ketajaman berfikir menurun, badan terasa
lemas, perasaan malas sekali, tidak dapat tidur, tangan dan bibir
menjadi biru dan denyut jantung berdenyut lebih cepat daripada biasanya.
Biasanya gejala-gejala ini akan menghilang setelah beristirahat selama
24 jam sampai 48 jam. Kalau ini tidak berhasil, maka penanggulangan yang
tepat adalah secepatnya turun dan mengurangi ketinggian. Kalau sudah
begitu umumnya gejala-gejala itu akan berkurang setelah turun sekitar
500 atau 600 meter dari kektinggian semula.






Dari uraian di atas dapat diambil kesimpulan bahwa penyakit yang
muncul di gunung sebenarnya faktor yang dapat diperhitungkan. Seseorang
yang sudah siap, baik perlengkapan maupun fisik, akan dengan mudah
menghindarkan diri dari kemungkinan terkena penyakit yang biasanya
menyerang di gunung. kemungkinan lain memang ada, misalnya terjatuh,
tetapi masalahnya pun tetap sama, yaitu persiapan yang baik






Banyak orang yang sering pergi mendaki gunung, menjelajahi hutan,
atau menyusuri pantai, tapi banyak pula dikabarkan ada orang yang
tersesat. Padahal, mereka mungkin telah berteriak keras untuk minta
pertolongan. Tidak mustahil mereka telah mencoba berbagai macam jalan,
dari jalan setapak, jalan tikus, terobosan babi sampai jalan penebang
kayu. Tapi hasilnya justru terperosok semakin jauh ke dalam hutan. Pada
saat yang sama mungkin tim SAR sedang bearusaha mencari mereka.






Tapi kembali dengan tangan kosong karena tidak ada petunjuk. Hal itu
sangat mungkin terjadi jika seseorang memasuki hutan tapi tidak
menguasai teknik komunikasi alam. Padahal itu tidak sukar. Paling
sedikit anda dapat mengenali jalan yang telah dilewati.Lebih jauh anda
dapat membantu rekan atau siapa saja yang ada di belakang anda untuk
mengikuti arah yang telah anda buat.






Di alam bebas, komunikasi isyarat mempunyai kedudukan yang sama
pentingnya dengan komunikasi lesan melalui radio atau pesan tertulis.
Komunikasi isyarat dapat dilakukan dengan menggunakan bebatuan, ranting,
tanah berlumpur, rumput, semak-seamk dan sebagainya. Dapat juga melalui
semaphore, morse atau asap. Atau isyarat visual lainnya seperti kain
engan warna mencolok. Bisa juga dengan menempatkan batu besar bertumpuk
dengan batu kecil di persimpangan jalan untuk memberi tahu arah mana
yang dilewati. Dapat juga dengan menyusun batu m e n y u d u t membentuk
kerucut. Arah yang dituju diberitahukan melalui peletakan batu di
puncak kerucut. Ikatan rumput dapat juga digunakan untuk menunjukkan
arah, yaitu dengan membentuk puncak ikatan kearah yang kita tempuh.




Di sini perlu ekstra waspada dengan semak-semak. Semak-semak biasa
tumbuh menutupi jalur serapak yang jarang dilalui. Semak juga mudah
sekali timbuh pada musim hujan yang berkelembaban tinggi. Meski baru dua
minggu ditebas, semak sudah tumbuh lebat.






Torehan pada pohon dapat dimanfaatkan, dibuat setiap 5-15 meter.
Bekas tebasan atau torehan sekaligus dapat mengisyaratkan berapa lama
jejak telah dibuat, yakni dengan menghitung apakah torehannya masih
terlihat baru atau sudah lama. Dari perkiraan itu dapat diperkirakan
berapa lama anda dapat menyusul teman anda. Pada jalur setapak yang
bertanah liat, jejak sepatu ataupun jejak jejak hewan akan tercetak
jelas. Kau ada jejak-jejak lama, maka anda dapt membandingkan dengan
jejak baru. Dengan demikian dapat diperkirakan kondisi tanah dan cuaca
satu atau dua hari sebelumnya. Juga untuk memperkirakan siapa dan berapa
orang yang membuat jalan tersebut.






Dalam memberikan isyarat ada elompok yang lebih senang mengikatkan
tali rafia dengan warna mencolok misalnya merah pada ranting daripada
melukai pohon. Ada pula yang memberitahukan keberadaannya dengan
membuang barang-barang kecil seperti bungkus permen, bungkus korek api
atau bungkus rokok. Dengan mengenali barang-barang tersebut, anda dapat
menerka identitas pembuat jejak.






Tapi cara ini hanya boleh dilakukan kalau keadaan benar-benar
darurat, karena cara tersebut tidak beda dengan membuang sampah
sembarangan. Syal pecinta alam yang berwarna kontras, dapat juga dipakai
untuk menyampaikan segala macam informasi melalui kode semaphore, atau
petunjuk arah dalam keadaan darurat. Cara dengan merobek kecil-kecil dan
mengikatkan pada ranting. Selain itu peluit merupakan alat yang murah
dan efektif yang dapat digunakan untuk memberitahukan keadaan anda.






Demikian juga dengan cermin dan senter. Hal penting yang perlu anda
perhatikan sebelum masuk hutan adalah mempersiapkan kelengkapan seperti
kompas, peta serta obatobatan. Tapi jika anda tidak punya, matahari
dapat digunakan untuk menunjukkan arah, juga aliran arah sungai. Satu
hal lagi, usahakan anda mengenal daerah yang dilalui dengan
memperhatikan pohon-pohon besar atau tanda lain yang mudah diingat. Jika
anda tersesat di hutan, dalam mencari tempat tidur, usahakan tetap
tenang. Kepanikan akan menyebabkan anda melakukan tindakan yang semakin
memperburuk keadaan. Jika anda kemalamam atau kehujanan, maka
beristirahatlah.






Hematlah penggunaan makanan dan tenaga. Untuk istirahat anda dapat
mencari tempat-tempat yang aman seperti pohon, di ceruk atau di bawah
tebing yang kokoh. Untuk menginap, anda dapat mencari daerah yang
berdekatan dengan sumber air, tapi hati-hati terhadap banjir bandang
terutama di daerah pegunungan. Kemudian perhatikan juga keamanan dari
hewan liar liar seperti gajah dan ular. Disarankan untuk memubat api
unggun atau yang dapat menyebabkan hewan tersebut menghindar. Bila di
pegunungan sebaiknya menghindari tidur di bagian punggung gunung, karena
daerah tersebut merupakan jalur lintasan satwa yang mungkin
membahayakan. Sebelum meutuskan tempat menginap, ada baiknya jika anda
melihat-lihat terlebuh dahulu keadaan sekitar anda dengan maemperhatikan
jejak-jejak hewan yang ada.






Mencari atau membuat tempat tidur yang nyaman dan aman mutlak
diperlukan, apalagi jika besok harus melkukan kegiatan yang memerlukan
tenaga. Mencari tempat tidur yang rata pada umumnya tidak masalah,
karena kita dapat membangun tenda atau bivak. Tapi jika harus mendaki
gunung atau berada pada daerah punggung gunug yang tanahnya tidak rata
atau bahkan harus bermalam di rawa berair, maka perlu mengetahui cara
membuat tempat tidur yang yaman dan aman.






Membuat tempat tidur di rawa dan gunung, bermalam di rawa berair
terpaksa dilakukan karena sesuatu hal yang membuat anda tidak mungkin
mencari dan menemukan daratan. Bila demikian yang terjadi, maka ada
beberapa hal yang dapat dilakukan. Jika rawa tersebut bayak ditumbuhi
pohon ysng cukup rapat, anda dapat beristirahat atau tidur dengan
menggunakan tempat tidur gantung (hamek) yang diikatkan kedua sisinya
pada pohon, atau jika anda tidak membawa tempat tidur gantung , maka
anda dapat membuat semacam rakit dengan menyusun kayu kering
bertumpuk-tumpuk. Bagian teratas rakit tersebut disusun kayu dengan
rapi, rapat dan rata.






Dapat juga dilapis rumput agar lebih empuk dan dialasi plastik. Rakit
yang dibuat sebaiknya cukup tinggi, agar tidak basah oleh air rawa dan
aman dari gangguan hewan air seperti ular dan lintah.






Cara lainnya dengan karung. Hal ini dilakukan jika daerah rawa
mempunyai pepohonan yang cukup padat. Caranya masing-masing orang
menggunakan dua buah karung.Kedua ujung karung tersebut dilubangi dan
ditusuk dengan kayu seukuran lengan (kira-kira tidak patah untuk
dinaiki) yang panjangnya sekitar dua meter. Kedua karung yang telah
ditusuk tersebut dapat digunakan sebagai alas, diikatkan pada pohon yang
terdapat di rawa.




Jadilah anda membuat tempat tidur gantung darurat yang aman
dannyaman. Bagian mulut karung sebaiknya menghadap ke dalam (saling
bertemu). Gunanya, bila dingin anda dapat masuk karung (tempat tidur
darurat) yang juga berfungsi sebagai sarung.






Di rawa biasanya banyak nyamuk. Untuk mengatasinya dapat menggunakan
obat nyamuk bakar yang digantung pada tempat dekat dengan tempat tidur.
Hal ini lebih efektif daripada menggunakan obat nyamuk semprot yang akan
segera hilang setelah beberapa saat.Sedang penggunaan obat nyamuk lain
yang dioleskan ke tubuh mungkin akan memberikan efek samping bagi
tubuh.






Untuk membuat tempat tidur di daerah pegunungan yang mempunyai tanah
tidak rata, secara umum sama dengan embuat tempat tidur di rawa. Tapi di
daerah pegunungan biasanya lebih dingin dan kita dapat menghangatkan
badan dengan membuat api unggun atau menghidupkan lilin/arang/batubara
dibawag tempat tidur kita.



Mencari makan






Karena terlalu lama tersesat, maka persediaan makanan yang anda bawa
habis, sedang anda belum tahu berapa lama lagi anda harus berada di
hutan. Cara yang dapat dilakukan adalah maencari makanan di hutan.
Sebagian jenis hewan dapat dimakan. Untuk menghemat tenaga dan menjaga
kelestarian alam sebaiknya mengkonsumsi tumbuhan. Karena ada jenis
tumbuhan yang mengandung racun, maka untuk mengenali tumbuhan yang dapat
dimakan bisa dengan memperhatikan hewan-hewan yang ada. Umumnya
tumbuhan yang dimakan hewan terutama primata seperti monyet, dapat juga
dimakan manusia.






Perhatikan pula bagian-bagian mana yang menjadi makanan hewan.
Misalnya jika beruk makan buah, maka harus dilihat apakah daging buah,
biji atau bagian lain yang dimakan beruk. Tumbuhan yang dapat dimakan
biasanya tidak mengeluarkan getah putih jika pucuknya dipotong. Ada
beberapa macam tumbuhan hutan yang mudah dikenali dan dapat dimakan
seperti rambutan hutan (rasanya sangat asam dan lebih enak jika dikunyah
bersama bijinya), durian hutan, pucuk dan buah kedongdong, buah
gandaria, berbagai jenis pakupakuan,juga rebung (bambu muda), dan
berbagai umbi-umbian. Atau dapat juga bonggol/empulur batang pisang atau
umbut rotan muda. Jika kehabisan air, sementara sumber air sangat sulit
di dapat, anda dapat memperoleh air dengan memotong liana. Liana ada
beberapa macam, dan yang biasanya digunakan adalah yang berwarna
kemerah-merahan/ kekuningan (Serabakbak, Lpg).






Caranya, potong liana kira-kira satu meter, maka akan keluar airnya.
Ciri-ciri air liana yang dapat diminum adalah jika air yang keluar
jernih dan rasanya tawar.jika air yang keluar berbusa, maka tunggulah
sampai busa tersebut hilang. Atau cari liana yang tidak mrngeluarkan
busa, karena jenis liana ini dapat memabukkan. Tumbuhan lain yang banyak
menyimpan air adalah bambu. Anda dapat mengambil airnya dengan
melubangi ruas bambu bagian bawah. Kadang, jumlah air pada bambu ini
sangat banyak dan rasanya tawar. Selamat menjelah hutan.